Stres atau Distres?
Stres adalah segala sesuatu yang sifatnya membebani, baik fisik maupun mental. Stres sejatinya tidak selalu negatif. Tapi yang negatif adalah distres. Masyarakat telah terlanjur salah kaprah memaknai stres. Stres adalah suatu tantangan yang mendorong seseorang untuk berusaha menyelesaikannya. Namun, stres bila ditanggapi dengan negatif, maka akan menjadi distres.
Stres tidak selamanya bercorak negatif. Ada stres, bahkan seharusnya stres dapat menjadi positif jika disalurkan pada hal yang tepat dan baik. Sayangnya, masyarakat umum masih jarang yang menyadari bahwa stres juga memiliki aspek positif. Tanpa stres, seseorang tak akan aktif. Sehingga eksistensi stres sejatinya sangat penting dalam kehidupan manusia.
Benarkah Stres itu Penting?
Ya, karena dengan stres seseorang bisa meraih apa yang ia ingin dan impikan. Dan stres adalah pendorong manusia untuk proaktif terhadap suatu tantangan. Jadi, selama setiap orang masih hidup, pasti akan merasakan stres, di mana pun dan kapan pun.
Stres dibagi menjadi dua macam. Yaitu, stres yang menyenangkan atau stres yang menjadi pendorong. Contohnya, ketika seseorang mendapatkan tugas berat, tapi dia menanggapinya dengan proaktif hingga merasa enjoy melaksanakannya. Inilah stres yang bermanfaat. Sedangkan yang kedua, adalah overstres atau distres. Yaitu stres yang berada di luar kemampuan seseorang. Misalnya, ketika seseorang mendapatkan tugas, lalu dia tidak proaktif menyikapinya, hingga menumpuklah stres yang dirasakan. Akibatnya, muncullah gejala-gejala yang tidak sehat seperti peraaan cemas, khawatir, uring-uringan, dan sebagainya.
Stres sejatinya menandakan adanya tuntutan internal dan eksternal untuk mengubah atau melawan perubahan karena ada risiko, bahaya, maupun ancaman. Keadaan stres dapat berlangsung secara cepat atau sebaliknya lambat dan lama, tergantung dari tiga kemungkinan. Pertama, terjadinya perubahan ke arah penyesuaian diri. Kondisi ini akan menjadikan individu lebih matang, kuat dan terintegrasi.
Kedua, terjadinya penolakan. Jika perubahan hanya sedikit terjadi, individu yang mengalaminya justru akan menjadi rentan terhadap stres. Ia akan cenderung menghindar, dan stres yang dirasakannya akan bermanifestasi dalam berbagai perilaku defensif.
Dan ketiga, terjadinya distres karena yang mengalaminya tak mampu menghadapi stres yang melampaui kapabilitas diri untuk berubah. Ketika seseorang mengalami distres, beragam akibat bisa muncul. Salah satunya adalah depresi yang akan menimbulkan perasaan sedih yang mendalam. Seseorang yang mengalami depresi akan menjadi sangat sensitif dan cenderung menjadi agresif.
Stres memang akan menghampiri setiap individu di mana pun dan kapan pun. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan merespon keadaan tersebut. Jika kita proaktif menghadapinya, maka manfaat akan kita peroleh. Sebaliknya, bila kita cenderung defensif, dan menganggap itu sebagai sebuah beban yang berat, atau memandangnya secara negatif, maka distres yang akan kita rasakan.